Jumat, 12 September 2014

Selemah itukah aku?

 31 Desember 2013 #latepost
Aku tak tau harus memulai dari mana cerita ini. Aku seorang freshgraduate, yang memiliki dua gelar sekaligus, sarjana dan master of engineering disalah satu Perguruan Tinggi Negeri ternama di Indonesia.
Aku bersyukur bisa mendapatkan dua gelar itu sekaligus, mempunyai kesempatan beasiswa untuk dapat melanjutkan study tingkat masterku ketika aku masih kuliah sarjana, dan full scholarship DIKTI. Menjadi lulusan, dengan IPK terbaik kedua pada tingkat master, dengan Indeks Prestasi Komulatif hampir sempurna.
Apakah itu membanggakan?
Aku bersyukur dengan apa yang telah aku raih, pencapaian yang berhasil aku peroleh.
Akan tetapi, setiap hal mempunyai dua sisi, positif dan negative. Dan sisi negativenya adalah aku menjadi terlalu selektif dalam memilih pekerjaan, hingga saat ini, 8 bulan sejak aku siding akhir dan dinyatakan menjadi seorang magister, aku masih belum menemukan jodoh pekerjaanku.
Ini bukan masalah aku tidak berusaha, aku berusaha semampu dan sekuat yang aku bisa. Dari ikut jobfair, apply via pos maupun online, hingga datang langsung ke tempat yang aku tuju. Dari sana, ada yang tidak mengindahkan lamaranku, ada yang lolos berkas administrasi, mengikuti test, lolos tahap awal, tahap berikutnya, tapi NIHIL dihasil akhir. Kata GAGAL kini menjadi kata yang biasa, tapi benarkah biasa?
Aku mendaftar pekerjaan di perusahaan-perusahaan BUMN yang aku inginkan, dan mendaftar di berbagai Kementrian serta Provinsi untuk dapat menjadi PNS (cita-cita yang aku impikan sejak jaman purba*kata salah seorang teman dekatku).
Kota-kota di Jawa aku jelajahi secara mandiri, dari Barat, Ibukota Jakarta, ke tengah Semarang dan Jogjakarta, hingga ke Timur, Surabaya, Kota yang belum pernah aku kunjungi sebelumnya. Tidak hanya sekali, bahkan terkadang aku harus bolak balik ke beberapa kota yang berbeda di minggu yang sama. Dalam benakku, inilah perjuangan.
Mendaftar CPNS di 8 tempat, lolos administrasi 5 tempat, mengikuti test di 4 tempat, lolos ditahap selanjutnya 2 tempat, hingga pada hasil akhir 0 tempat.
Mendaftar BUMN di beberapa tempat, lolos tahap 1, tahap 2, tahap 3, lalu
Gagal di tahap akhir, kadang sudah gagal ditahap awal. Beberapa orang temanku sudah berhasil duduk di BUMN ternama yang mereka inginkan. Aku bangga pada mereka.
Ketika pengumuman pertama di salah satu Kementrian, 3 0rang temanku lolos menjadi PNS, aku bangga, aku ikut senang dengan keberhasilan yang mereka peroleh. Dengan tulus dan bangga aku ucapkan kata selamat pada mereka. Diluar dugaanku, mereka malah memikirkan perasaanku, balik menyemangatiku, memberikan kata-kata bijak, aku terharu.
Tak sampai disitu, teman baikku saat kuliah, teman terbaik, mengirimku sebuah pesan, dia memang saat ini sudah bekerja disalah satu BUMN ternama di negeri ini. Aku bangga pula padanya, sangat bangga.
“….:red(menyebut namaku)”
“Jangan bersedih yaaaa …”
“Aku yakin Allah punya rencana lebiiih .. lebiiiih .. indah buat kamuuuu”
“Kayak kisah dua teman baik kita ..”
“Dulu aku heran .. orang sebaik dia kenapa terhambat di pekerjaan .. “
“Tapi ternyata Allah punya great plan buat dia”
“Begitu juga teman baik kita yang lain”
“Ternyata dengan dia tahan kerja di Kota ini”
“Dia bisa nikah lebih cepet”
“Allah pasti juga punya great plan buat kamu”
“I believe J”
“Semangat cantiiiiiiiiiik”
Seketika air mataku menetes, haru, aku harus banyak bersyukur, disekelilingku, masih banyak teman-teman, sahabat-sahabat yang menyayangiku ..
Saat itu, pikiranku tertuju, pada salah seorang teman, yang baik, yang seperjuangan, yang memiliki riwayat pendidikan sama, jobseekers yang sama, bahkan dia sempat memiliki kisah pribadi dengan lelaki yang sama, aku berpikir, dia juga sama sepertiku, masih belum, masih belum berjodoh dengan rejeki pekerjaanya. Hatiku sedikit tenang.
Tapi .. Allah punya rencana lain .. Sebuah rencana yang aku takutkan .. SENDIRI. Aku tidak suka sendiri, apapun, berhasil sendiri, bahkan gagal sendiri. Tertinggal ….
Temanku diterima di Lembaga Pemerintah yang lain, menjadi PNS disalah satu Lembaga tersebut, mendengar kabar itu, seketika aku merinding. Hal negatifnya aku menangis, sekuat aku menangis, entah kenapa seketika itu aku menjadi sangat sedih .. 31 Desember 2013. Aku merasa aku berada di “titik terendah”. Aku merasa sendiri, tertinggal, gagal, sendiri ..
Saat ini, sudah tidak ada lagi pengumuman disuatu Kementrian, Lembaga, maupun Pemerintah Provinsi yang aku tunggu .. Aku masih menangis.
Terlintas sebuah kata pepatah “Kita mungkin sedih jika kita gagal, akan tetapi itu akan menjadi lebih menyedihkan, ketika kita gagal, dan kita melihat teman kita berhasil”.
Jelek, ini merupakan sifat yang sangat tidak terpuji, iri itu namanya, jelek banget punya sifat seperti ini, sekuat yang aku bisa, aku akan meminimalisirnya, lalu membuangnya, semoga aku bisa dan harus bisa.
Sekuat itu buncit menasehatiku, memberikan aku motivasi, binggung, menghubungi sahabat terbaikku, meminta tolong padanya untuk menasehatiku, memberikanku motivasi juga.
Sekarang .. Aku mencoba kembali menata hatiku, aku pikir ini hanya masalah waktu, beberapa hari ini aku menghindar, menghindar diingatkan pada hal-hal itu, menghidar dari hal-hal yang membuatku trauma, sementara OFF dari sosial media. Meyakinkan diriku sendiri, bahwa “Allah tidak akan memberi cobaan diluar kemampuan umat-Nya” dan “Sesudah kesulitan pasti ada kemudahan”, Aaamiinn.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar